Sisi Lain Hidup

16 Desember 2019 adalah hari pertama aku dipindahkerjakan ke tempat itu. Tempat untuk pertama kalinya aku ke sana setelah 4 tahun di kota ini. Terimakasih karna kau yang memulai berbicara denganku. Kesulitan yang paling sulit didapat seorang introvert dalam bekerja adalah bertemu dengan teman baru di wilayah baru. Dan aku tidak bisa mengatasinya sendiri. Untungnya kau ada, memulai perbincangan denganku, dengan berbagai pembahasan, seolah kau tau bahwa aku butuh pertolongan. Kau tau? Disaat seperti ini, hidup sebagai introvert itu menyakitkan. Karna, bukan aku yang tak ingin berbicara dengan orang di wilayah baru tempatku tinggal, tapi aku hanya tidak tau apa yang harusnya dibicarakan lagi selain, “halo… Namaku Ceria, department of GR, pindahan dari daerah sana.” Dan itu yang pastinya membuat aku dan pikiranku jadi awkward. Tapi kau datang dan memecahkan permasalahan itu. 

Hari Sabtu di minggu yang sama kau harus pindah ke daerah lain. Sedih? Ya. Hanya kau temanku cerita. Karna kau harus tau juga, introvert tidak mudah membaur di lingkungan barunya. Dan itu masih lima hari setelah kepindahanku ke sini. Sangat wajar bagiku jika aku benar-benar belum punya teman di tempat ini. Ketika aku kuliah, kau tau semester berapa aku punya teman? Semester 5. Artinya adalah ketika kuliah, aku menunggu dua setengah tahun lamanya untuk mendapatkan teman yang bisa sebagai tempat bertukar pikiran dan berkomunikasi tentang hal lain atau bahkan untuk pergi hang out bersama.
Kembali ke cerita tentangmu. Tidak banyak yang kutau tentangmu. Bahkan bisa dikatakan bahwa aku tidak tau apa-apa tentangmu. Walaupun ini Nampak hanya sebatas alasan semata, tapi kau juga harus tau, mungkin karna kepribadian yang introvert ini membuat aku semakin tidak tertarik untuk mengenali lebih dalam setiap orang yang baru ku kenal. Begitupun denganmu. Kita memang saling bertukar kontak, tapi tak satupun diantara kita yang menghubungi satu sama lain. Mungkin alasannya sama denganku, yaitu tidak memiliki kepentingan yang mendesak. Hingga akhirnya, karna suatu alasan aku harus mengganti nomor.

Baru-baru ini kita dipertemukan oleh aplikasi yang bernama Instagram. Padahal aku pengguna IG baru. Yang followernya tidak sampai 50 orang. Dan lagi lagi karna kehidupanku yang introvert ini membuat aku hanya mengikuti orang-orang keren yang sudah pasti tidak akan mengikutiku balik, seperti Agnes Monika, Denny Siregar, Pidi Baiq, berbagai akun quotes dan sajak, Bahkan aku tidak mencantumkan nama asliku di sana. Aku juga hanya membagikan tulisan-tulisan sederhana-ku yang tak begitu penting itu. Ya, karna memang aku suka menulis. Kau harus tau juga, seorang introvert akan menulis ketika sedang berusaha untuk mengungkapkan isi hatinya, setidaknya itulah menurutku.

Lalu mana mungkin karna satu foto yang memang sengaja kuupload di situ, sehingga kau berani memulai pembicaraan melalui DM itu. Tapi kalau memang begitu, maka baguslah. Setidaknya dengan foto itu orang-orang akan tau bahwa akun itu adalah milikku. Walaupun aku pesimis, “siapa yang akan mencariku.” Hahaha..
Tapi lagi lagi terimakasih, kau yang terlebih dahulu menyapaku. Walaupun saat itu aku masih merasa tidak penting, karna tidak ada alasan mendesak yang mewajibkan kita untuk saling komunikasi. Walaupun dilain sisi, tidak ada salahnya saling menanya kabar.
Hari ini aku melihat sisi lain darimu. Kita memang sering saling komunikasi sejak saat itu. Kita saling bertukar cerita tentang masa kecil, keluarga, pekerjaan, kesukaan, dan apapun itu yang kiranya bisa untuk diceritakan. Terimakasih untuk ketersediaanmu berbagi cerita denganku.

Tidak semua ceritamu menarik bagiku, tapi aku tetap ingin berusaha berpikir positif tentang itu. Tapi aku harus mengakui banyak hal keren yang kau lakukan yang benar-benar membuaktu merasa kalau kau memang anak yang keren. Kalau kuperhatikan dari setiap ceritamu, kau seorang pengeluh. Tapi aku bersungguh-sungguh, melihat kerja kerasmu selama ini sangat keren. Kau hebat. Pada sebuah aplikasi untuk kita saling berbagi cerita, aku hampir mengataimu “belum dewasa” dan “suka mengeluh”. Tapi pada analisa visualku, kau adalah seorang pekerja keras yang hebat. Sampai-sampai aku berpikir kembali, siapa kau di aplikasi itu? Dan siapa kau di visualku ini? Walaupun aku memilih untuk percaya pada visualku, dan berkata “kau keren!”

Masa Covid-19 ini memang harus diakui sebagai masa menyedihkan untuk ku seorang anak rantau. Tapi ini adalah sebuah masalah untukmu yang merupakan tulang punggung keluarga. Kita yang bekerja juga terpaksa di rumahkan demi memutus rantai virus Corona ini. Dua bulan tidak bekerja artinya dua bulan tidak berpenghasilan. Ini benar-benar waktu yang cukup sulit.
Di sini lah aku melihatmu dengan berbeda. Posisimu sebagai leader pada pekerjaanmu sebelumnya, kini turun ke jalan hanya demi bisa menghidupi kau, dua adikmu, dan ibu mu. Tanggungjawabmu pada keluargamu menuntunmu untuk tidak hanya mengeluh. Namun juga harus bertindak. Tidak ada kata gengsi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari kalian. Dan ini membuktikan bahwa kau benar-benar bertanggungjawab pada keluargamu.
Aku jadi teringat dengan satu kalimat yang diucapkan seorang ibu yang kukenal, sebelum aku pergi dari desaku. Katanya, “kau tidak akan mati kelaparan. Kau akan tetap hidup. Gengsi mu tidak terlalu tinggi. Semua usaha akan kau lakukan demi bertahan hidup. Kau memiliki mental yang kuat. Kemanapun kau pergi, kau tidak akan kelaparan.” Dan sepertinya kalimat itu memang bukan untukku, tapi untuk mu.
Kau tau, guru SMAku ketika berkunjung ke kota ini pada tahun 2016 berkata padaku dan sekaligus kukutip untukmu, “kau punya mental yang kuat sekuat baja. Jangan pernah kau sia-siakan itu.”




Mmm… Aku gak tau mau mencantumkan ini pada kalimat setelah apa? Jadi kuputuskan untuk membuat satu paragraph baru untukmu tentangku. Walaupun aku kuliah dan kau gak kuliah. Tolong jangan lagi katakan “kau hebat karna kau lebih berpendidikan daripada aku,” itu benar-benar membebani pikiranku. Aku bukannya tidak suka dipuji. Tapi aku juga tidak gila pujian. Apakah pendidikanku merupakan suatu hal yang hebat dibandingkan reaksi mu dalam bertanggungjawab pada keluargamu di masa Covid ini? Atau jangan-jangan kau hanya meledekku karna sekarang sedang tidak bekerja sementara aku pernah kuliah dan kau turun ke jalan dengan mengabaikan gengsimu sedikit?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Damailah se-Damai Namamu

SURAT PENGUNDURAN DIRI-CERIA