BOHONG DAN SOMBONG

 

Aku selalu memulai dari awal yang menyenangkan. Maksudku, setidaknya setiap mengawali apapun maka akan kumulai dengan hal yang positif. Harapanku tentu saja untuk mendapatkan ending yang bagus. Biar gimanapun ini adalah hal yang dicari-cari oleh semua orang. “Good ending”.

Semua berawal dari, aku yang pendiam dan nolep (itu kata mereka sebutan pada anak yang penyendiri ataupun tidak suka bergaul. Aku tak tau itu benar atau tidak).  Aku pernah bekerja di sebuah restaurant Cina yang cukup terkenal di kota ini. Setidaknya restaurant ini sudah memiliki 17 outlet (ketika aku masih bekerja di sini) yang membuat restaurant ini semakin terkenal di kota ini. Mari tidak membicarakan tentang restaurantnya, dan aku juga tidak akan membahas menu makanannya, apalagi menyebut nama restaurantnya.

Oleh karena itu, mari kita kembali membahas yang harusnya dibahas. Suatu ketika aku berbincang-bincang bersama seorang teman kerja. Ntah apa pembahasan kami, aku sudah tak ingat jelas. Hanya saja aku ingat ada kalimatku yang berkata seperti ini kepada teman kerjaku, “Aku kan anak pendidikan, jadi kalau ada yang nanya, aku harus menjawab dengan sangat jelas, dan aku harus bertindak sesuai dengan apa yang kuucapkan. Karna aku, anak pendidikan.”

Kemudian, dia yang mungkin hanya seorang tamatan SMA berkata sambil memegang pundakku, “Aku tau kau berpendidikan, tak perlu mengatakannya padaku. Aku tau kau kuliah. Dan aku gak kuliah bukan berarti tak pernah belajar.”

Tadinya sudah tak ingin kujelaskan padanya, bahwa aku tidak mengatakan “aku anak berpendidikan” melainkan “aku anak pendidikan”, dimana maksudku adalah “aku kuliah di jurusan pendidikan”. Aku tidak bermaksud untuk merendahkan tamatan sekolahnya. Toh aku, saat itu, belum wisuda. Yang kemungkinan bisa jadi wisuda, bisa jadi putus kuliah. Tapi karna aku sudah terlanjur mengucapkan kalimat, “Aku adalah anak pendidikan. Jadi jika ada yang bertanya maka aku akan menjawab dengan sangat jelas.” Artinya jika ada yang tidak mengerti aku juga harus menjelaskan sampai paham, kan? Akhirnya kuulangi lagi, “Aku kan bilang kalau aku anak pendidikan, Den.” Kataku sambil memanggil namanya. “iya. Tau.” Katanya sambil meninggalkanku, yang tentu saja aku tidak sempat menjelaskan padanya.

Kenapa kita membahas hal ini? Tentu saja ini bukan suatu kebohongan. Lalu apakah ini yang disebut sombong?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Damailah se-Damai Namamu

Sisi Lain Hidup

SURAT PENGUNDURAN DIRI-CERIA