Postingan

KAYAKNYA SESUSAH ITU DULU

  Hai, Tuhan. Jika di usiaku sekarang ini aku menyapaMu dengan sebutan “Hai” apakah terlihat aneh? Aku hanya ingin sedang mengobrol denganMu. Tapi aku tidak yakin obrolan ini berupa doa. Setidaknya aku tau bahwa doa itu suci. Dan aku sedang ingin mengobrolkan hal yang tidak suci. Setidaknya begitulah bagiku. Tuhan, aku sedang bertanya-tanya dalam kebingungan. Sejujurnya aku tau jawabannya. Sejujurnya aku tau yang harus dilakukan. Sejujurnya aku tau harus berkata apa. Tapi, Tuhan, tak bisakah aku membelok? Tak bisakah aku berpura-pura tak tau? Tak bisa kah aku menikmatinya? Tuhan, Kau pasti sadar ada yang salah denganku. Aku juga tau. Tak bisa kah Kau me-restart aku? Atau setel ulang semua kejadian-kejadian dan memori-memori beberapa bulan terakhir. Setidaknya dengan begitu, aku pasti tidak punya ingatan tentang hal ini. Ingatan saja tak punya, apalagi keinginan. Tuhan, aku sedang memtertawakan kebodohanku. Apa Kau juga? Tuhan, kenapa Kau selalu memampukan orang-orang yang

SURAT PENGUNDURAN DIRI-CERIA

  Surat ini adalah surat informal yang nantinya akan kusampaikan pada pimpinan SINI. Dimana inti dari surat ini adalah mengundurkan diri nya aku dari Sini. Aku menyerah. Aku dipenuhi rasa takut yang berlebihan. Dan tentu saja ini bukanlah bagian dari diriku. Sejujurnya akupun bingung. Apa yang sebenarnya kutakutkan? Apa kesalahan yang membuat diriku tidak bisa menerima aku lagi? Apa yang bisa membuatku begini? Terkadang aku mengatakan "bukan aku yang menginginkan. Bukan aku yang melakukan." Terkadang lagi aku mengatakan, "Apa aku secara tidak sengaja telah melakukannya? Apakah sekarang berganti jadi menginginkannya?" Tapi percayalah, aku tidak pernah bermaksud melakukannya. Aku tidak senakal itu, kok. Di samping itu, aku juga mencari celah bahwa aku tidak bersalah sama sekali. Aku ingin mengatakan pada diriku, bahwa aku tidak patut untuk bersembunyi. Aku ga salah sama sekali. Aku tidak perlu menutup diri pada dunia. Sekali lagi karna aku memang tidak bersalah.

PENGAKUAN DIRI (SINOPSIS FILM)

  Sudah 3 hari ini aku menonton drama Cina yang berjudul “When We Were Young”. Drama ini memiliki 24 episode. Menceritakan masa remaja akhir di tahun 1996, yaitu umur 18 tahun. Sudah 20 episode yang ku tonton dan aku belum melihat titik jenuh. Aku benar-benar sangat speechless pada setiap kalimat-kalimat yang keluar dalam dialog maupun monolog nya. Dan kupikir, di usia ku yang sudah 22 tahun ini, aku tidak menyesal baru menonton film ini. Benar-benar sangat bagus. Aku dapat pembelajarannya, kerja samanya, persahabatannya, dan masih banyak lagi. Ada beberapa kalimat yang terngiang di kepala. Salah satu yaitu pada saat Yang Xi tak mau pulang ke rumah dan memilih bernyanyi di rumah salah satu sahabatnya yang bermarga Si Tu. Ibunya Yang Xi berkata, “baiklah. Jika kalian mau melakukan apa yang kalian suka, lakukanlah! Lakukanlah sampai kalian puas. Jika sudah melakukannya, namun kemudian kalian gagal. Jangan pernah malu untuk pulang ke rumah. Namun jika kalian sudah memutuskan untuk

BOHONG DAN SOMBONG

  Aku selalu memulai dari awal yang menyenangkan. Maksudku, setidaknya setiap mengawali apapun maka akan kumulai dengan hal yang positif. Harapanku tentu saja untuk mendapatkan ending yang bagus. Biar gimanapun ini adalah hal yang dicari-cari oleh semua orang. “Good ending”. Semua berawal dari, aku yang pendiam dan nolep (itu kata mereka sebutan pada anak yang penyendiri ataupun tidak suka bergaul. Aku tak tau itu benar atau tidak).   Aku pernah bekerja di sebuah restaurant Cina yang cukup terkenal di kota ini. Setidaknya restaurant ini sudah memiliki 17 outlet (ketika aku masih bekerja di sini) yang membuat restaurant ini semakin terkenal di kota ini. Mari tidak membicarakan tentang restaurantnya, dan aku juga tidak akan membahas menu makanannya, apalagi menyebut nama restaurantnya. Oleh karena itu, mari kita kembali membahas yang harusnya dibahas. Suatu ketika aku berbincang-bincang bersama seorang teman kerja. Ntah apa pembahasan kami, aku sudah tak ingat jelas. Hanya saja aku

PENDIDIKAN-MENDIDIK-DIDIDIK

  ~Ingatan semasa kuliah~ ~Part I~ Saat itu, Indra sedang izin pulang kampung. Jefri sedang sakit sampai harus opname. Widia sedang pergi mensosialisasikan beasiswa yang dia dapatkan. Tiga orang ini adalah mahasiswa/i paling aktif di kelas. Mme. J menerangkan, mahasiswa ribut. Mme. J bertanya, mahasiswa tidak tau. Mme. J kembali menerangkan, mahasiswa ngantuk. Mme. J akhirnya marah dan “memang binatang kalian semua!” Selang beberapa detik kemudian HP bergetar. Notice dari grup WA. HP terus berdetar. Detaran HP diiringi senyum dan tawa kecil dari belakang. Hingga, kuputuskan membuka pesan di grup WA. Dan isi pesannya: A: “Memang binatang kalian semua!” A: “Aku, tupai, ya!” B: “Aku, beruang.” C: “Aku, kanguru.” D: “Aku, kancil.” E: “Aku, marmut.” Dst.. Aku yang membacapun tertawa. Lebih tepatnya, fokus Mme. J dan yang lainnya jadi mengarah padaku. Mme. J: “Ini jurusan apa, ya?” Mahasiswa: “Pendidikan Bahasa Asing, Mme.” Mme. J: “Pendidikan?” Mahasiswa:

HATI YANG (TAK) SEMPURNA

  Izinkan aku memperkenalkan seorang kenalanku yang cukup ku kagumi dengan sekilas masa lalu yang sudah ia jalani, masa kini yang dia hadapi, dan masa depan yang telah dia tuliskan dalam benaknya. Seorang yang cukup hebat untuk dikatakan manusia, walau sering menangis dalam setiap dekapan seseorang yang mengasihinya. Aku tidak yakin bisa menyebut namanya dalam tulisan ini. Tapi aku tidak ingin memakai kata ganti orang ketiga seperti tulisanku sebelum-sebelumnya. Jadi kuputuskan untuk memberi nama Uwais. Kenapa harus Uwais? Karna aku suka Iko? Tidak ada hubungannya. Aku hanya ingin memberikan nama saja. Pertemuan pertama dengan Uwais tepat di sebuah restaurant Suki yang cukup terkenal juga di kota ini. Saat itu, aku yang sebagai seorang waitress menghampiri dia yang sedang makan bersama keluarga kecilnya, yaitu istri dan anak laki-lakinya, untuk meminta kartu discount yang dimilikinya. Saat itu aku belum tau kalau masih ada pertemuan selanjutnya yang akan terjadi. Jadi aku mengaba